Sabtu, 15 Oktober 2011 |

I Have A Mensa, Who Believes It?

Aku pernah mencoba sebuah program aplikasi tes IQ, dan memperoleh angka 132. Mensa level, begitu keterangan yang tertera. Aku tak tau apa artinya, tapi dapat kutebak, mungkin bisa kuartikan sebagai genius, karena terletak di atas level high. Bah... Hebat beneeeer ya? wkwkwk....

Oh, baiklah. Aku ngaku.. Sebenarnya itu hasil untuk usahaku yang kedua kalinya, setelah pada percobaan pertama aku menyelesaikan seluruh pertanyaan dengan cepat karena kukira akan mengurangi perolehan angka jika terlalu lama berpikir. Dan hasilnya 108, high level. Kupikir aku bisa memperbaikinya jika kuulangi, karena tak lama setelah itu aku menyadari bahwa program itu hanya menyajikan gambar-gambar dengan pola bergerak dan menyuruhku untuk menebak gambar berikutnya dengan pola tersebut. Yah, sepertinya konsep yang mirip dengan pola bilangan, materi favoritku saat di kelas 3 SMP. 

Kalau ingatanku tak salah, saat di kelas 1 aku pernah mencoba menemukan sendiri rumus yang dapat kugunakan untuk menemukan pola bilangan aritmetik dan mengetahui bahwa polanya dapat kau temukan dengan mengambil sebuah bilangan yang diketahui nilai dan urutannya sebagai sampel (biasanya soal menyajikan 3 angka pertama). Langkah selanjutnya adalah dengan mengalikan beda bilangan-bilangan dalam deret dengan urutan bilangan sampel tersebut, kemudian tanpa mencari hasil kalinya, angka-angka tersebut dijumlahkan dengan suatu bilangan bulat (positif atau negatif) sedemikian rupa sehingga hasil keseluruhannya sama dengan nilai sampel yang ditentukan di awal. Kemudian urutan bilangan sampel yang tadinya berupa angka diubah ke dalam variabel n. Cukup ribet memang, tapi hasilnya cepat dan akurat buat anak SMP. Namun setelah mendapatkan rumus a+(n-1)b di SMA, aku segera saja melupakannya dan berpikir, mengapa tidak dari dulu kami diajarkan rumus tersebut? Oh. Ya..ya..ya.. Skenario pembelajaran, tentu saja. Ada lagi usahaku untuk menemukan pola bilangan berpangkat yang sejenis dengan n(n^3 - 2). Aku menemukan beberapa rumus, mengujinya dan gagal. Berkali-kali sampai akhirnya aku bosan dan melupakannya. Try and error. Hasilnya, ya ERROR.. hehehe...

Back to the topic. Program itu tentu saja belum bisa dipertanggungjawabkan keakuratannya. Mensa level.. siapa yang percaya? IP-ku saja tak sampai Cum Laude (ejaannya udah bener gak ya?) Aku bahkan meraih D untuk mata kuliah Fungsi Kompleks dan sering lupa dimana meletakkan kacamataku. Dengan level mensa seharusnya aku bisa mendapatkan Summa Cum Laude 4,00.  

Hanya sebuah program aplikasi Macromedia Flash, kukira pembuatnya juga bukan seorang jenius. Mungkin jika aku mencoba untuk yang ketiga kalinya, IQ-ku bisa jadi 200 di program itu. Wkwkwkwk... ;-D

0 komentar:

Posting Komentar